Rabu, 16 Desember 2009

Memahami Perasaan Orang Lain

Apa yang bisa kita lakukan untuk teman kita?

Baca pesan nonverbal mereka (nada bicara, gerak gerik, ekspresi wajah). Orang sedang menangis jangan langsung ditanya ada masalah ya. Ada yang menanggapi dengan anggukan tapi tanpa sadar pertanyaan tersebut bisa membuat orang lain bertambah kesal. Sudah tahu ada masalah kok malah ditanyain ada masalah. Jika sudah mulai bicara dengan nada tinggi berarti orang tersebut memang sudah berada di titik tinggi kemarahannya. Yang jelas dari sikap atau gesturenya pasti suda terlihat.
Imbangi bahasa tubuh dan ekspresi wajah mereka. Bukan berarti kita ikutan marah-marah dan senewen jika teman kita sedang marah karena tidak bisa mengejar deadline tugasnya. Kita bisa bersikap lunak dan lebih lembut menghadapi orang yang sedang marah. Begitu pula saat teman kita sedang sedih kita juga bukan berarti harus ikut menangis. Setelah bisa mengimbangi bahasa tubuh mereka maka selanjutnya beri isyarat bahwa kita memahami pesan mereka, bisa mengangguk, tersenyum tergantung masing-masing orang.

Yang terakhir dengarkan mereka dengan penuh perhatian. Ini bagian paling sulit. Terkadang kita mendengarkan dan hanya mendengarkan tanpa bisa mengerti apa yang dikatakan teman kita. Mengapa bisa demikian? Kita sering tidak bisa fokus dengan masalah yang dihadapi orang lain. Selain itu mendengarkan adalah pekerjaan sulit karena kita pada umumnya jarang mau berfungsi sebagai telinga. Intinya kita harus fokus pada teman kita yang sedang curhat. Biasanya orang bisa lebih terbuka saat mereka telah menemukan orang yang benar-benar bersedia mendengarkan ”cerita” mereka.

Bagaimana memahami orang lain?

Ada yang mendefinisikan bahwa perasaan merupakan cara kita mengkomunikasikan pesan pada diri sendiri, membahas perasaan mungkin agak sedikit rumit karena ini berkaitan dengan hal abstrak yang tidak bisa secara eksplisit yang bisa tampak adalah sikap dari perasaan itu sendiri.

Perasaan merupakan energi yang memberi kita kekuatan untuk bertindak, bila menganalogikan perasaan sebagai sebuah energi misalnya air yang di bendung terus-menerus dalam jangka waktu lama akan membuat bendungan atau tanggul jebol. Karena itu perasaan membutuhkan saluran sebagai jalan keluar, misalnya diekspresikan melalui perilaku. Perasaan tidak pernah salah, perilaku yang menjadi ekspresi suatu perasaan bisa salah namun perasaan sendiri tidak. Perasaan marah tidak salah namun akan menjadi salah bila perasaan marah disalurkan dengan perilaku memukul misalnya.

Seringkali kita sendiri tidak memahami perasaan kita sendiri, padahal perasaan perlu dipahami dan diterima. Setiap orang bertanggung jawab atas perasaannya sendiri, kita tidak bisa memaksa atau melarang orang untuk merasakan atau tidak merasakan suatu perasaan. Hukum fisika mengatakan bahwa energi tidak bisa dihilangkan namun bisa dirubah. Begitu juga dengan perasaan, perasaan tidak bisa dihilangkan namun bisa dirubah dengan cara-cara tertentu. Bagaimana perasaan yang negatif menjadi perilaku positif, ataupun sebaliknya. Marah, sedih dan takut bisa kita rasakan sebagai perasaan negatif karena ada persepsi rasa tidak aman, mengancam, terluka, dirugikan, ditinggalkan dll. Disisi lain perasaan cinta dan gembira kita rasakan sebagai perasaan positif karena ada persepsi rasa aman, kebutuhan yang terpenuhi.

Namun terkadang juga persepsi dari perasaan itu pun bisa salah sehingga mengakibatkan sikap yang salah dan tidak pada tempatnya. Memang rumit untuk memahami perasaan orang lain bila kita sendiri tidak bisa memahami perasaan sendiri. Kuncinya adalah jujur pada perasaan sendiri dan mengakui perasaan kita sendiri bukan bersikap denial….sehingga kita bisa me-labeli perasaan dengan tepat. Perasaan marah merupakan perasaan yang sering kali menyamar, suatu waktu saya khawatir akan sesuatu namun sikap dan perasaan yang keluar adalah marah dilain waktu saya takut akan sesuatu namun perasaan yang keluar juga marah. Itu hanya salah satu contoh saja bahwa terkadang dan mungkin seringkali manusia tidak memahami perasaannya sendiri.

Betapa dinamis manusia dengan perasaannya, penulis sendiri sebagai individu belajar memanajemen perasaan dan selalu mencoba memahami komunikasi perasaan itu sendiri. Belajar untuk peka terhadap perasaan sendiri dan orang lain, pada dasarnya kita semua manusia pasti memilki perasaan, dan perasaan perlu dipahami dan diterima. Kita ingin dipahami orang lain? Mari belajar memahami orang lain.